“kalau untuk mahasiswa, praktik
thariqah seperti ini cukuplah untuk melatih fokus pada diri kita, karena zaman
sekarang ini jarang sekali kita menemukan orang yang terbiasa fokus”
Itulah yang dikatakan Habib Lutfi
bin Yahya selaku Ro’is ‘Aam Jam’iyah Ahlith Thariqah al Mu’tabaroh an Nahdliyyah
(JATMAN) ketika deklarasi Mahasiswa Thariqah (MATAN) yang juga termasuk rentetan
acara Muktamar XI JATMAN di PP.
al-Munawwariyyah Bululawang Malang.
Memang, kalau di tela’ah kembali
perkataan Habib Lutfi tersebut ada benarnya juga. Di zaman serba ada seperti
ini memang sulit sekali menemukan orang yang terbiasa fokus/konsentrasi dalam
melaksanakan atau menghadapi segala bentuk persoalan. Jangankan orang lain, njenengan
pembaca atau penulis sendiri pun sering kali merasa kesulitan untuk fokus dalam
menghadapi segala hal.
Nah, dalam hal ini penulis ingin
sedikit meng- nggathuk-nggathuk kannya dengan konteks mahasiswa.
Mahasiswa itu kan terkenal dengan sebutan manusia kakean acara, sedikit-sedikit
ada acara. Sebetulnya ya wajar-wajar saja, lha wong namanya mahasiswa? kalau
setelah dari kelas langsung njujug ke rumah ya mending nggak usah jadi
mahasiswa. Akan tetapi, sering sekali dengan banyaknya kegiatan yang dilakukan
malah menimbulkan kesumpekan kesumpekan baru dalam diri kita yang
disebabkan oleh ketidak fokusan kita dalam menghadapi persoalan. Persoalan yang
satu belum selesai, timbul lagi yang lain. Begitu juga seterusnya.
Nah, lantas apa hubungannya fokus dengan
praktik thariqah yang selama ini banyak kita ketahui dalam pengamalannya ada
yang dengan duduk berdiam diri sambil melafalkan baca’an-baca’an tertentu yang
tujuannya hanya satu yaitu Allah swt. Dan hampir semua thariqah yang ada
meskipun ada perbedaan baca’an yang diamalkannya, akan tetapi tujuannya semua
sama, yaitu melatih diri untuk fokus dalam proses mendekatkan diri kepada Allah
swt. Proses fokus inilah yang menjadi titik tekan dalam pembahasan ini.
Penulis kira tidak hanya dalam islam
saja ada “pelatihan” fokus seperti ini. Di ajaran agama lainpun juga ada,
seperti praktek meditasi dalam ajaran Hindu. Bertapa (topo dalam istilah
jawa) yang sudah dilakukan oleh masyarakat jawa kuno itu juga merupakan proses fokus
meninggalkan segala bentuk fikiran dari semua hal yang menarik, membebani
maupun mencemaskan dalam kehidupan kita sehari hari hanya untuk satu tujuan,
yaitu mendekatkan diri kepada Sang Hyang Tunggal.
Inilah yang bisa penulis sajikan
sebagai bahan introspeksi diri, menuju proses yang lebih baik.
Wallahu a’lam…
Kanjeng Sunan Ulil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar