WC
adalah salah satu tempat yang oleh masyarakat umum
bisa dianggap hina, kotor atau apalah kalimat yang bisa mengungkapkan keadaan
seperti itu. Si WC ini bisa jadi seperti ini karena memang sudah kita ketahui
semuanya bahwa WC ini adalah tempat untuk membuang kotoran (Nelek–istilah gaulnya-). Dari “benda” yang dibuang saja sudah
kotor, lha wong namanya saja kotoran otomatis tempat pembuangannya juga ketularan
dipandang kotor. Bahkan, tidak jarang orang yang mengungkapkan kejengkelannya
kepada orang lain (misuh) yang terinspirasi dari si WC ini. Contoh, “Ancene
raimu koyok WC”. Lha contoh-contoh seperti ini sudah menunjukkan
betapa sangat terhinanya seorangWC ini.
Akan
tetapi, cobalah kita melihat si WC ini dari kacamata lain. Dalam hubungannya
dengan makhluk yang bernama kebebasan,
yang sekarang ini marak di “bengak bengok” (gembar-gembor)kan oleh
masyarakat dunia, seorang WC ini rupa-rupanya juga ikut andil untuk
memfasilitasi yang namanya kebebasan. Ketika kita didalam WC, kita dibebaskan
untuk melakukan apa saja yang ketika diluar WC kita tidak diperbolehkan (Gak
Ilok bahasa gaulnya). Ngentut misalnya, diluar WC ketika kita ngentut
baik sengaja atau tidak kita sudah mendapat poin untuk dianggap orang yang
tidak sopan. Lain halnya kalau sudah di “kawasan bebas” ini, disini (WC) kita
bisa bebas mengekspresikan seberapa merdu alunan musik entut kita,
seberapa nikmat kita mengeluarkannya. Begitu juga dengan telanjang, diluar WC
mungkin kita sudah dianggap gendeng oleh orang kalau kita telanjang
dengan riang gembira, tapi kalau di WC tidak, sekali lagi tidak, dan masih
banyak contoh yang lainnya. Nah, hal ini menunjukkan kalau WC juga mempunyai andil besar untuk
makhluk yang bernama kebebasan.
Si
WC ini tidak hanya bekerjasama dengan kebebasan saja, akan tetapi juga dengan
makhluk-makhluk yang lainnya. Hubungannya dengan rokok misalnya, dalam dunia
pesantren, rata-rata merokok tidak diperbolehkan didalamnya, hal ini dilakukan
karena masih dalam proses belajar dan jauh dari keluarga, khawatirnya
kalau-kalau sangu-nya para santri di gunakan hanya untuk beli rokok.
Akan tetapi bagi santri yang berjiwa jiwa ndablek, seorang WC ini
merupakan tempat yang paling aman dan favorit untuk bersembunyi ketika merokok.
Begitu juga hubungannya dengan karya, tidak sedikit orang yang rela ndodhok
(jongkok) di WC ber-onani pikiran, ber-onani khayalan hanya untuk menghasilkan
karya karyanya. Bahkan, tulisan ini pun juga terinspirasi ketika saya ndodhok
di WC.
Contoh-contoh
diatas adalah sedikit dari beberapa sumbangsih WC bagi manusia. Meskipun
begitu, seorang WC selalu konsisten memelihara rasa rendah dirinya, tidak mau
dianggap berjasa besar terhadap manusia. Sebenarnya, kalau WC mengizinkan,
pastilah mereka para ilmuwan, sastrawan, seniman dll akan mencantumkan nama WC
didalam karya -karyanya. Diluar itu semua WC tetaplah WC, si rendah diri yang
berfungsi sebagai tempat untuk mengeluarkan segala bentuk isi perut manusia.
Wallahu a’lam.........
Kanjeng Sunan Ulil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar