Rabu, 29 Februari 2012

WC



WC adalah salah satu tempat yang oleh masyarakat umum bisa dianggap hina, kotor atau apalah kalimat yang bisa mengungkapkan keadaan seperti itu. Si WC ini bisa jadi seperti ini karena memang sudah kita ketahui semuanya bahwa WC ini adalah tempat untuk membuang kotoran (Nelek–istilah gaulnya-). Dari “benda” yang dibuang saja sudah kotor, lha wong namanya saja kotoran otomatis tempat pembuangannya juga ketularan dipandang kotor. Bahkan, tidak jarang orang yang mengungkapkan kejengkelannya kepada orang lain (misuh) yang terinspirasi dari si WC ini. Contoh, “Ancene raimu koyok WC”. Lha contoh-contoh seperti ini sudah menunjukkan betapa sangat terhinanya seorangWC ini.

Akan tetapi, cobalah kita melihat si WC ini dari kacamata lain. Dalam hubungannya dengan makhluk yang bernama  kebebasan, yang sekarang ini marak di “bengak bengok” (gembar-gembor)kan oleh masyarakat dunia, seorang WC ini rupa-rupanya juga ikut andil untuk memfasilitasi yang namanya kebebasan. Ketika kita didalam WC, kita dibebaskan untuk melakukan apa saja yang ketika diluar WC kita tidak diperbolehkan (Gak Ilok bahasa gaulnya). Ngentut misalnya, diluar WC ketika kita ngentut baik sengaja atau tidak kita sudah mendapat poin untuk dianggap orang yang tidak sopan. Lain halnya kalau sudah di “kawasan bebas” ini, disini (WC) kita bisa bebas mengekspresikan seberapa merdu alunan musik entut kita, seberapa nikmat kita mengeluarkannya. Begitu juga dengan telanjang, diluar WC mungkin kita sudah dianggap gendeng oleh orang kalau kita telanjang dengan riang gembira, tapi kalau di WC tidak, sekali lagi tidak, dan masih banyak contoh yang lainnya. Nah, hal ini menunjukkan  kalau WC juga mempunyai andil besar untuk makhluk yang bernama kebebasan.

Si WC ini tidak hanya bekerjasama dengan kebebasan saja, akan tetapi juga dengan makhluk-makhluk yang lainnya. Hubungannya dengan rokok misalnya, dalam dunia pesantren, rata-rata merokok tidak diperbolehkan didalamnya, hal ini dilakukan karena masih dalam proses belajar dan jauh dari keluarga, khawatirnya kalau-kalau sangu-nya para santri di gunakan hanya untuk beli rokok. Akan tetapi bagi santri yang berjiwa jiwa ndablek, seorang WC ini merupakan tempat yang paling aman dan favorit untuk bersembunyi ketika merokok. Begitu juga hubungannya dengan karya, tidak sedikit orang yang rela ndodhok (jongkok) di WC ber-onani pikiran, ber-onani khayalan hanya untuk menghasilkan karya karyanya. Bahkan, tulisan ini pun juga terinspirasi ketika saya ndodhok di WC.

Contoh-contoh diatas adalah sedikit dari beberapa sumbangsih WC bagi manusia. Meskipun begitu, seorang WC selalu konsisten memelihara rasa rendah dirinya, tidak mau dianggap berjasa besar terhadap manusia. Sebenarnya, kalau WC mengizinkan, pastilah mereka para ilmuwan, sastrawan, seniman dll akan mencantumkan nama WC didalam karya -karyanya. Diluar itu semua WC tetaplah WC, si rendah diri yang berfungsi sebagai tempat untuk mengeluarkan segala bentuk isi perut manusia.
Wallahu a’lam.........

Kanjeng Sunan Ulil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar