Kamis, 01 Maret 2012

Analisis Struktural Puisi “Persetubuhan Kunthi” Goenawan Mohamad

 
PERSETUBUHAN KUNTHI
                                         Untuk tarian Sulistyo Tirtokusumo
Semakin ketengah tubuhmu
Yang telanjang
Dan berenang
Pada celah teratai merah.

Ketika desau angin berpusar
ikan pun
ikut menggeletar.

Dari pinggir yang rapat
Membaur ganggang.
Antara lumut lebat
Dan tubir batu
Ada lempeng kayu apu
Yang timbul tenggelam
meraih
arus dan buih.

Sampai badan dan gempa seperti menempuhmu
Dan kau teriakkan
jerit yang merdu itu
sesaat sebelum kulit langit biru
kembali, jadi biru.

Engkau dewa?Kau bertanya
Engkau matahari?

Laki-laki itu diam sebelum menghilang
Ke sebuah asal
Yang tak pernah diacuhkan:
Sebuah khayal
Diujung hutan
Diornamen embun
Yang setengah tersembunyi.

Yang tak pernah kau miliki, kunthi,
takakankaumiliki
  

a.      Bunyi
Dalam puisi “Persetubuhan Kunthi” terdapat:
-        Aliterasi sebagai rima akhir:
Yang telanjang
Dan berenang
(bait pertama)
Ketika desau angin berpusar
Ikut menggeletar
(bait kedua)
Dari pinggir yang rapat
Antara lumu tlebat
meraih
arus dan buih
(bait ketiga)
Kesebuah asal
Sebuah khayal
(bait keenam)

-        Asonansis ebagai rima akhir:
Dan tubir batu
Ada lempeng kayu apu
(bait ketiga)
Sampai badan dan gempa seperti menempuhmu
jerit yang merdu itu
sesaat sebelum kulit langit biru
kembali, jadi biru
(bait keempat)

b.      Kata
Dalam puisi “Persetubuhan Kunthi” terdapat lambang berupa imbuhan:
Semakin (ke)tengah tubuhmu
Yang telanjang
Dan berenang
Pada celah teratai merah.


Ketika desau angin (ber)pusar
ikan pun
ikut (meng)geletar.

Dari pinggir yang rapat
(mem)baur ganggang.
Antara lumut lebat
Dan tubir batu
Ada lempeng kayu apu
Yang timbul tenggelam
(me)raih
Arus dan buih.

Sampai badan dan gempa seperti me(n)tempuhmu
Dan kau teriakkan
jerit yang merdu itu
(se)saat sebelum kulit langit biru
kembali, jadi biru.

Engkau dewa?Kau (ber)tanya
Engkau matahari?

Laki-laki itu diam (se)belum (meng)hilang
(ke) (se)buah asal
Yang tak pernah (di)acuh(kan):
(se)buah khayal
(di)ujung hutan
(di)ornament embun
Yang setengah (ter)sembunyi.

Yang tak pernah kaumiliki, kunthi,
Tak akan kaumiliki

dalam puisi ini juga ada penggunaan majas metafora:
yang telanjang dan berenang pada celah teratai merah
Ketika desau angin berpusar
ikan pun ikut menggeletar

c.      Baris/larik
Baris/larik puisi “Persetubuhan Kunthi” berbentuk bait-bait.
d.      Bait
Antara bait satu dengan bait yang lain tidak sama jumlah barisnya.
e.      Tipografi
Puisi “Persetubuhan Kunthi” bentuknya mirip prosa, tepi kanan tidak teratur, di awal kalimat menggunakan huruf kapital dan di akhir kalimat menggunakan tanda titik.
Unsur lapis Makna
a.      Sense
Lewat puisi “Persetubuhan Kunthi” penyair menggambarkan seorang perempuan yang disetubuhi seorang laki-laki dan keduanya menikmati persetubuhannya akan tetapi si perempuan tidak mengetahui identitas dari lelaki tersebut.
b.      Feeling
Sikap penyair terhadap pokok-pokok pikiran dalam puisi tersebut menunjukkan bahwa posisi perempuan itu lemah dan tersubordinasi oleh laki-laki.
c.      Tone
Sikap penyair terhadap pembaca adalah masa bodoh yang berarti tidak melibatkan pembaca.

Kesimpulan
Dalam analisis struktural puisi “Persetubuhan Kunthi”dapat disimpukan makna yang terkandung, yaitu bahwasanya posisi perempuan itu lemah dan tersubordinasi oleh laki-laki. Dalam hal ini, perempuan hanyalah korban dan nasibnya ditentukan oleh laki-laki. Selain itu, laki-laki menunjukkan makhluk arogan dan tidak bersimpati terhadap perempuan. Di sini, perempuan hanyalah objek yang mesti dinikmati dan tidak untuk dijadikan teman yang mempunyai derajat yang sejajar.


Kanjeng Sunan Ulil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar